Sebut saja
Cecep namanya, dia ini baru saja datang melancong ke berbagai tempat wisata
terkenal di Bangkok, mereka terkejut setelah melihat turis-turis dari berbagai
negara-negara Islam tingkahlakunya dan kelakuannya tidak beda jauh dengan
mereka yang datang dari negara-negara kafir, pemandangan itu mengusik hatinya.
Suatu hari Si
Cecep mengeluhkan kegelisahan ini pada seorang Ajengan sebut saja Rahman
Ruhiyana, Cecep bertanya, “Mengapa orang-orang yang berasal dari negara Islam,
yang hokum Islam diterapkan dengan kerasnyatidak menyadarkan diri mereka untuk
menjauhkan dari kejahatan, mereka pemabuk berat, begitu pula dengan perempuan
mereka dengan sadar melakukan zina, padahal dia tahu hukuman zina itu rajam,
mengapa ini terjadi, mengapa syariah Islam yang diterapkan tidak mampumemberi
rasa jera kepada mereka?”. Demikian curahan hati Si Cecep kepada Ajengan
Rahman.
Selanjutnya
Ajengan Rahman memberi jawaban, “Begini, sebenarnya puncak segala kejahatan itu
adalah nafsunya, jika nafsunya tidak dikendalikan dan ditambah dengan hati yang
gelap, maka manusia cenderung melakukan kejahatan, meskipun ditetapkan
peraturan berat seperti di negara Arab, tetapi kalau hati mereka berpenyakit,
maka rusaklah pikirannya, maka hukum yang diterapkan dapat disiasati untuk
dilanggar, misalnya berusaha melakukan kejahatan secara sembunyi-sembunyi atau
pergi keluar dari negaranya, maka mereka merasa bebas dari hukuman itu, akibatnya
mereka melakukan kejahatan secara leluasa, berbeda jika ketaatan itu dari
kesadaran hati yang dalam, maka mereka takut kepada Allah dimanapun mereka
berada bahkan ditempat yang paling bebas sekalipun jika tingkat kesadaran
begitu tinggi dan pemahaman agamanya begitu mendalammeresap di hati, maka
mereka tidak berani melakukan maksiyat, karena takut dosa”.
Cecep menyimak
dengan seksama, kemudian menanggapi “oh begitu”, lalu Ajengan Rahman
melanjutkan “Ya, mereka itu memahami syariat sebagai hukuman saja, tidak
dipahami syariah sebagai penyadaran, maka akibatnya ya begitu”.
Oleh karena
itu yang menjadi prioritas adlah bagaimana syariah penyadaran ini diperjuangkan
bersama, jika berhasil, maka tidak ada lagi kekhawatiran akan merajalelanya
kemaksiatan yang selalu menjadi alasan mereka yang ingin menegakkan syariat
Islam.
Nabi bersabda : “Dalam diri manusia ada segumpal darah, jika Ia baik,
maka baik semua anggota tubuh, namun jika Ia rusak, maka rusaklah semua anggota
tubuh, yaitu adalah hati”.
Apa yang disabdakan Nabi ini adalah menyangkut inti dari persoalan
bagaimana menciptakan manusia itu menjadi baik atau yang paling dominan adalah
hatinya, maka tentu ini patut menjadi perhatian bersama, karena sekeras apapun
hukuman, jika hatinya kotor maka tetap saja melakukan maksiyat, tentu dengan
berbagai cara muslihat.
Catatan : Ajengan = orang terkemuka, terutama guru agama Islam; kiai
Sumber : Materi Sosialisasi Islam
Damai Toleran dan Berkebangsaan
(dengan suntingan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar